Filsafat Jawa yang Mulai Memudar


Bismillah...
Dalam mengarungi dan menata kehidupan ini, orang Jawa seringkali menggunakan istilah-istilah atau “unen-unen” yang dirangkum dalam filsafat yang mengandung nilai yang tinggi dan makna yang dalam apabila kita memahaminya.
Namun, kini banyak orang Jawa yang beranggapan “unen-unen” tersebut ketinggalan zaman atau kuno pada zaman modern seperti ini. Padahal filsafat Jawa masih bisa digunakan bahkan akan bermanfaat untuk sesama apabila kita mengamalkannya.
Maka tidak heran kalo kita sering mendengar istilah “Wong Jowo sing ora nJawani” atau “Wong Jowo ilang Jowone” yang maksudnya adalah orang jawa yang kehilangan nilai-nilai Jawa.
Berikut saya sampaikan filsafat Jawa yang mengandung makna yang dalam yang patut kita renungkan:

1. Urip iku Urup
2. Memayu Hayuning Bawono
3. Suro Diro Joyo Diningrat, Lebur Dening Pangastuti
4. Ngluruk Tanpo Bala, Digdoyo Tanpo Aji, Sugih Tanpo Bondho, Menang Tanpo Ngasor ake
5. Ojo Kuminter Mundak Keblinger
6. Ojo Gumunan lan Kagetan, Ojo Getunan lan Aleman
7. Ojo Adigang, Ojo Adigung, Ojo Adiguno

Yuk... kita pelajari one by one....

JANGAN PUTUS ASA UNTUK KEMBALI KEPADA ALLAH


JANGAN PUTUS ASA UNTUK KEMBALI KEPADA ALLAH


Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( 39. Az Zumar : 53 )



Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). ( 39. Az Zumar : 54 )



Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang adzab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, ( 39. Az Zumar : 55 )