Filsafat Jawa yang Mulai Memudar


Bismillah...
Dalam mengarungi dan menata kehidupan ini, orang Jawa seringkali menggunakan istilah-istilah atau “unen-unen” yang dirangkum dalam filsafat yang mengandung nilai yang tinggi dan makna yang dalam apabila kita memahaminya.
Namun, kini banyak orang Jawa yang beranggapan “unen-unen” tersebut ketinggalan zaman atau kuno pada zaman modern seperti ini. Padahal filsafat Jawa masih bisa digunakan bahkan akan bermanfaat untuk sesama apabila kita mengamalkannya.
Maka tidak heran kalo kita sering mendengar istilah “Wong Jowo sing ora nJawani” atau “Wong Jowo ilang Jowone” yang maksudnya adalah orang jawa yang kehilangan nilai-nilai Jawa.
Berikut saya sampaikan filsafat Jawa yang mengandung makna yang dalam yang patut kita renungkan:

1. Urip iku Urup
2. Memayu Hayuning Bawono
3. Suro Diro Joyo Diningrat, Lebur Dening Pangastuti
4. Ngluruk Tanpo Bala, Digdoyo Tanpo Aji, Sugih Tanpo Bondho, Menang Tanpo Ngasor ake
5. Ojo Kuminter Mundak Keblinger
6. Ojo Gumunan lan Kagetan, Ojo Getunan lan Aleman
7. Ojo Adigang, Ojo Adigung, Ojo Adiguno

Yuk... kita pelajari one by one....

1. Urip iku Urup (Hidup itu Menyala)
Maknanya kurang lebih seperti ini..
Kita adalah manusia yang “Urip” (Hidup) hendaknya menjadi manusia yang “Urup”(Menyala) atau mampu menerangi dan memberi manfaat bagi manusia yang lain.
“sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain”

2. Memayu Hayuning Bawono
Memayu, berasal dari kata dasar “mayu” yang artinya cantik,indah,atau selamat. Karena mendapat awalan “Me-“ maka “Memayu” dapat diartikan kecantikan,keindahan, atau keselamatan.
Hayuning, dapat diartikan : mengajak, mengusahakan,  melestarikan, atau menjaga.
Sedangkan kata Bawono memiliki arti yang luas, secara sederhana dapat diartikan sebagai “diri kita sendiri/pribadi” dan secara luar dapat diartikan “Kehidupan / Dunia / Alam semesta”.
Jadi Memayu Hayuning Bawono dapat diartikan : kita hidup didunia ini hendaknya senantiasa mengusahakan dan menjaga keselamatan hidup kita sendiri dan kehidupan disekitar kita.
Istilah ini sebenarnya memiliki makna yang sangat luas, mungkin kapan2 akan ada postingan yang khusus membahas istilah ini... J

3. Suro Diro Joyo Diningrat, Lebur Dening Pangastuti
Secara Sederhana istilah ini berarti : Segala bentuk kemungkaran dapat dikalahkan oleh kelembutan hati.
Suro Diro Joyo Diningrat dapat diartikan sebagai segala bentuk kemungkaran atau kejahatan.
sedangkan Pangastuti adalah sikap kepasrahan atau ketaatan kepada Tuhan YME,
jika dirangkai maka maknanya adalah segala bentuk kemungkaran dan kejahatan dapat dikalahkan atau dihilangkan dengan sikap kepasrahan dan ketaatan kepada perintah Allah SWT, karena semua perintah Allah SWT adalah rahmatan lil 'Alamin (kasih sayang kepada alam semesta beserta isinya)

4. Ngluruk Tanpo Bolo, Digdoyo tanpo Aji, Sugih Tanpo Bondho,   Menang Tanpo Ngasor ake
- Ngluruk Tanpo Bolo (Berperang Tanpa Pasukan)
                Artinya kita harus menjadi pribadi yang berani, kuat, tangguh, dan berilmu.
Kehidupan ini bagaikan Sebuah peperangan besar, banyak kerusakan, kemungkaran, kebohongan, keserakahan dll. Tapi sebenarnya musuh terbesar kita adalah nafsu diri kita sendiri. So...Keep Fight..!!! J

- Digdoyo Tanpo Aji (Digdaya Tanpa Ajian/Jurus)
                Artinya kita harus menjadi orang yang senantiasa berbuat kebaikan kepada orang lain. Why? Berikut penjelasan singkatnya:
Digdoyo adalah keadaan dimana kita menjadi orang yang hidup dengan aman, dihormati, tidak punya musuh, dan mapan secara batin (tenteram).
Aji adalah Jalan pintas yang buruk, bisa berbentuk jimat, mantra, jurus, ilmu kesaktian, perdukunan,dll.
Nah, dengan bersikap baik terhadap orang lain, maka tidak ada alasan bagi orang lain untuk memusuhi kita. Jadi kita bisa hidup dengan aman tanpa jimat.

- Sugih Tanpo Bondho (Kaya Raya Tanpa Harta)
Sugih berarti kaya, Bondho berarti harta. Kok bisa kita jadi orang kaya tanpa memiliki harta?
Istilah ini berarti kita harusnya banyak bersedekah dan berbagi kepada sesama, karena harta yang sebenarnya adalah harta yang kita sedekahkan. Karena harta yang kita sedekahkan bukan hanya bermanfaat bagi orang lain tapi juga bermanfaat bagi diri kita sendiri nantinya di akhirat. Aamiin...

 - Menang Tanpo Ngasor ake (Menang Tanpa Merendahkan atau Mengalahkan)
Pernah memiliki teman yang berkelakuan buruk? Ingin merubah orang tsb? Ajaklah berdiskusi sambil menasehatinya. Namun dalam menasehati jangan menggunakan kata-kata yang seakan-akan merendahkannya atau memojokkannya. Gunakan kata-kata yang halus untuk menyadarkannya, karena kemenangan yang sebenarnya adalah ketika orang tersebut benar-benar berubah menjadi orang baik.

5. Ojo Kuminter Mundak Keblinger
Ojo Kuminter Mundak Keblinger : Jangan Sok pintar agar tidak tersesat.
 karena apabila kita sok pintar, maka lama-lama kita tidak mau mendengar nasehat atau saran dari orang lain(karena merasa pintar) dan akhirnya kita menjadi orang yang tersesat.

6. Ojo Gumunan lan Kagetan,  Ojo Getunan lan Aleman
Ojo Gumunan lan Kagetan : Jangan mudah terheran-heran (menyanjung/memuji berlebihan) dan jangan mudah kaget.
Jangan mudah heran dan kaget, karena jika kita mau berusaha pasti bisa. Lagi pula yang pantas kita sanjung dan puji hanyalah Sang Pencipta, Allah SWT.
Ojo Getunan lan Aleman : Jangan terlalu menyesali dan Jangan mudah Ngambeg (Manja).
Artinya jangan berlarut-larut menyesali kesalahan atau masa lalu kita yang kelam, segeralah bangkit dan jangan manja.

7. Ojo Adigang, Ojo Adigung, Ojo Adiguno
(Jangan Sok Berkuasa, Jangan sok besar, Jangan sok berguna)
Artinya jangan menjadi orang yang sok hebat dimata orang lain, mungkin benar kita hebat, tapi tak perlu sombong, karena sifat seperti itu lama-lama hanya akan menjatuhkan kita.

“unen-unen” atau istilah-istilah diatas hanyalah sebagian kecil saja dari filsafat orang Jawa, masih banyak istilah-istilah lain yang mempunyai makna yang dalam yang tujuannya adalah untuk menata hidup kita agar kehidupan kita berakhir dengan baik dan bahagia.
Apabila tulisan ini berguna, silahkan share seluas-luasnya, karena salah satu amalan yang tidak pernah putus meski kita sudah mati adalah ilmu yang bermanfaat, dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu berguna bagi orang lain.

By: Ardi A. Winahyu
Thanks to : PSHT ; Sutarman ; kampungjawa.com

8 komentar: